Untuk menghasilkan tenaga listrik dan
energi di Pulau Pisang dibutuhkan pemanfaatan Sumber Daya Alam berupa rekayasa
elektro memberdayakan tenaga Angin (Bayu) dan penyerapan Sinar Mataahari
(tenaga Surya,) Wilayah di sekitar Pulau Pisang ini cukup menjanjiakan
pengembangannya yang paling produktif.
Sikilas mengenang kisah lalu si jelita
Pulau Pisang
Kabupaten
Pesisir Barat, dengan dua buah pulau yang dimiliki (P. Pisang dan P. Betuah)
memiliki total wilayah pesisir yang
membentang sepanjang 210
km. Potensi tersebut, serta adanya
beragam kegiatan ekonomi masyarakat dibidang perikanan tangkap, pertambangan,
pariwisata dan lain-lain menjadi modal berharga dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi daerah.
Pulau Pisang adalah sebuah pulau kecil, di wilayah
krui, Lampung Barat. Pulau yang menghadap kota Krui ini bisa dicapai dalam tempo lebih kurang 45
menit, dari pelabuhan di kota Krui, dengan perahu motor, atau sekitar 15 menit
dari desa Tembakak. Tembakak adalah sebuah desa di daratan Sumatera yang
terdekat dengan pulau ini. Jarak Pulau Pisang dengan Tembakak sepanjang ± 1.900 m dengan kedalaman laut ±
20 meter, dalam mendukung krui kota internasional salah satu sasaran kunjungan
wisata maka sangat dimungkinkan pulau pisang dibangun transportasi kreta
gantung pengikat turism.
Luas Pulau ini sekitar 2.310 hektar, dengan penduduk
kurang dari 2.000 orang. Pulau yang makmur oleh kejayaan cengkeh pada tahun
1970-an ini, kini nyaris terbengkalai. Ribuan penduduknya
bertransmigrasi ke daratan Sumatera dan ke Pulau Jawa, seiring dengan matinya
pohon-pohon cengkeh pada awal tahun 1980-an.
Dari awal tahun 1970-an hingga awal tahun 1980-an,
pulau pisang dikenal sebagai wilayah penghasil cengkeh terbesar di Pesisir Barat.
Kejayaan perkebunan cengkeh pada masa itu, membawa kemakmuran yang signifikan
bagi penduduknya. Begitu berjayanya pulau ini ketika itu, sehingga banyak
orang-orang dari daratan Sumatera berduyun-duyun mendatangi pulau ini, untuk
berniaga, atau bekerja sebagai buruh petik di ladang-ladang cengkeh milik
penduduk pulau ini.
Seiring
dengan bertambah jayanya perkebunan cengkeh, bertambah jaya pula penduduknya.
Banyak penduduk pulau ini, yang kebanyakan petani cengkeh, berubah menjadi
orang kaya. Rumah-rumah bagus banyak didirikan. Anak-anak banyak yang dikirim
sekolah ke Pulau Jawa dan Sumatera. Segala kebutuhan harta benda bisa mereka
penuhi. Pada masa itu, banyak petani cengkeh yang menjelma menjadi juragan
baru.
Belakangan,
anak-anak yang dikirim orang tuanya bersekolah di Pulau Jawa dan Sumatera, pada
tahun 1970-an lalu itu, banyak yang menjelma menjadi orang penting, dan menetap
di kota-kota besar di Jawa dan Sumatera, tanpa pernah kembali lagi ke kampung
halamannya, di pulau ini.
Ketika pohon-pohon cengkeh itu mati pada awal tahun 1980-an, pulau
ini pun seolah berubah menjadi pulau mati. Penduduknya sebagian besar
bereksodus ke daratan Sumatera dan Pulau Jawa. Meninggalkan rumah dan ladang
mereka. Banyak di antara rumah-rumah yang tergolong mewah itu dijual murah oleh
pemiliknya. Sebagian yang tak terjual, terbengkalai tanpa penghuni. Penduduk
yang semula cukup ramai, menurun drastis. Yang tinggal hanyalah para petani
kelapa dan nelayan.
Pulau Pisang terdiri dari enam pekon (kampung);
Pekon Lok, Labuhan, Sukadana, Pasar, Sukamarga, dan Bandar Dalam. Di
kampong-kampung ini, masih terdapat rumah-rumah bagus sisa-sisa kejayaan masa
lalu, yang terbengkalai, ditinggal penghuninya.
Saat ini, penduduk yang tersisa di pulau ini
mengalami banyak kesulitan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Tidak ada
pasar atau kalangan di pulau ini. Segala kebutuhan hidup sehari-hari harus
dibeli di daratan Sumatera. Keadaan ini sudah berlangsung lama, semenjak
matinya pohon-pohon cengkeh dan eksodus penduduk pada awal tahun 80-an.
Oleh karena itu, penduduk pulau ini, yang masih
terobsesi untuk mengembalikan kejayaan di masa lalu, mencoba kembali menanam
pohon-pohon cengkeh. Sekarang pohon-pohon cengkeh itu kembali tumbuh, siap
untuk mengembalikan kejayaan masa lalu yang hilang itu. “Mudah-mudahan,
pohon-pohon cengkeh itu akan berbunga dalam tempo lima tahun lagi. Sehingga
orang-orang yang merantau itu akan kembali lagi”, kata salah seorang penduduk.
Pulau Pisang adalah sebuah pulau yang indah untuk
dikunjungi. Pulaunya indah dan pantainya cantik. Di pulau ini Anda bisa
berenang, berperahu, berlayar, menyelam, memancing, memotret, atau hanya
sekedar melihat-lihat. Selancar tidak terlalu bagus di sini. Jarang ada orang
berselancar di pulau ini. Tapi jangan harap Anda akan mendapat banyak pisang di
pulau ini, karena penduduk pulau ini malah mencari pisang ke daratan Sumatera.
Untuk mencapai pulau ini, Anda bisa memulainya dari
pelabuhan kota Krui, atau dari pelabuhan Tembakak. Tembakak adalah sebuah desa
kecil di daratan Pulau Sumatera yang tepat
menghadap pulau ini. Dari Tembakak, Anda bisa menumpang perahu nelayan kecil,
bersama penduduk setempat, atau Anda bisa mencarter sebuah perahu. Ongkos
penyeberangan dari Tembakak sekitar Rp.10.000, sedangkan dari Krui sekitar
Rp.20.000. untuk mencarter perahu motor, dari Krui Anda akan dikenai biaya
setidaknya Rp.600.000 untuk seharian penuh. Bila Dari Bengkulu, Bandar Lampung
Transportasi Udara ke Krui dapat menumpangi Kapal Udara Susi Air ( Bdr Lampung
– Krui; Krui – Bengkulu):dengan Tarip perorangan Rp.300.000,-(penerbangan 2 x
perminggu), dengan Carter Pesawat PP kapasitas 12 orang Rp 20.000.000,- (20
juta rupiah)
Tidak ada tempat penginapan di pulau ini. Jika Anda
terpaksa bermalam, Anda harus membawa tenda, atau menumpang di rumah penduduk.
Biasanya penduduk pulau ini tidak keberatan jika ada turis menginap di
rumahnya.*
WACANA PENGEMBANGAN PULAU PISANG SI JELITA KE DEPAN
1.
Alat transportasi Perlu
dibangun kreta Gantung panjang ±
1,9 km
2.
Tempat Minap (Home
Stay) Rumah Penduduk
3.
Tanaman Tumbuh : Pohon
Kelapa, Pohon Damar, dan Cengkeh
4.
Hewan : Monyet (Bruk
pemanjat buah kelapa), dll
5.
Perikanan : Budidaya
Ikan Blue Marlin, Penyu, Udang, Gurita dll
6.
Souvenir : dengan bahan
baku dari pohon kelapa, cengkeh dan damar. Makanan khas krui
Posting Komentar